Cinta
Dan
Rahasia
Tahap 1
Perkenalan
Disebuah sekolah ada dua orang sahabat yang selalu bersama.
Mereka bernama Tasya dan Stevi, mereka duduk di kelas 3 SMA. Dimana ada Tasya
disitu pasti ada Stevi, ya begitulah persahabatan mereka, kemana-mana selalu
bersama.
Tasya bersahabat dengan Stevi sejak kelas 1 SMA, sejak ia dan
keluarganya pindah rumah dan bertetanggaan dengan Stevi. Ya, sejak itulah
mereka saling kenal dan bersahabat baik. Walau mereka mempunyai sifat yang
berbeda tetapi dengan perbedaan itulah mereka saling mempersatukannya. Tasya
mempunyai sifat yang rajin, perpendirian, penuh tanggungjawab, dan sangat
antusias terhadap cowok. Sedangkan Stevi dia mempunyai sifat yang baik,
perhatian, namun dia begitu malas dan sedikit egois.
Tasya sangat antusias terhadap cowok dikarenakan masa lalunya
yang sangat menyedihkan. Waktu duduk di kelas 2 SMP dia pernah berpacaran
dengan seseorang yang bernama Rio, hubungan itu berlangsung hampir satu tahun.
Tasya sangat mempercayai dan menyayangi Rio, namun kepercayaan Tasya tidak
dilaksanakan dengan baik oleh Rio. Rio
tega menghianati Tasya dengan berpacaran sama teman baik Tasya sendiri.
Karena Tasya sangat menyayangi Rio dia susah untuk move on. Tasya sempat
dirawat beberapa hari di rumah sakit akibat kejadian itu (daya pikirnya sangat
tertekan). Akhirnya keluarganya memutuskan untuk pindah rumah agar Tasya tidak
selalu kepikiran dengan kejadian itu.
Dengan hadirnya Stevi dalam hidupnya ,Tasya merasa senang dan
perlahan bisa melupakan Rio. Stevi yang selalu menjadi penghibur Tasya dikala
Tasya merasa sedih dan sebaliknya Tasya juga menjadi penghibur Stevi dikala
Stevi sedih. Lewat persahabatan mereka membuat keluarga mereka berdua menjadi
akrab dan seperti menjadi saudara.
Tahap
2
Kehadiran
Siswa Baru
Pada suatu hari, kelas dihebohkan dengan berita akan adanya
siswa baru dari luar kota di kelasnya.
Stevi : Eh,
dengar-dengar besok ada siswa baru lho
di kelas kita !
Tasya :
(tidak merespon dan tetap serius mengerjakan tugas)
Stevi : Kamu
dengar gak sih aku ngomong apa ?
Tasya : Iya,
aku dengar. Terus ?
Stevi : ih..
kesel tau enggak.
Tasya :
Kebiasaan deh, jangan marah gitu dong ! Iya, memangnya kenapa kalau ada siswa
baru?
Stevi : Udah
gak nafsu ngomongin itu.
Tasya : OK ,
ke kantin yuk.
Keesok harinya di sekolah, Tasya
terburu-buru masuk kelas karena dia takut terlambat. Dia tidak sengaja menabrak
seseorang.
Tasya : Aduh
(sambil terjatuh). Maaf aku terburu-buru
Riki :
Makanya kalau jalan itu pakai mata!
Tasya :
Dimana-mana itu kalau jalan pakai kaki, enggak pakai mata. (merasa jengkel dan
segera pergi)
Riki : Eh,
tunggu !!
Tasya : Apa
? Aku sudah terlambat nih. (sambil berlari)
Riki : Mau
tanya rung guru dimana saja, udah pergi. Emang dasar , ada aja cewek kayak
gitu. (merasa kesal)
Sesampainya Tasya di kelas. Sambil
bernafas lega pak guru belum datang, Tasya segera duduk di bangku untuk
menghilangkan rasa capeknya.
Stevi :
Tasya, kamu kemana aja sih. Untung aja Pak Rudi belum datang, bisa dihukum kamu kalau terlambat.
Tasya :
Lagian kamu sih pakek ninggalin aku, biasanya juga kamu nungguin aku.
Stevi : Ya
maaf, lagian kamu tadi lama. Kamukan tau sendiri aku enggak pernah ngerjain
tugas. Jadi aku berangkat pagi
cari contekan. (tertawa kecil)
Tasya :
Kebiasaan tau enggak
Stevi :
Tangan kamu kenapa ? Kok luka ?
Tasya : Iya
tadi aku enggak sengaja nabrak seorang cowok. Tapi enggak apa-apa kok cuma luka
sedikit.
Stevi :
Cowok, siapa ?
Tasya : Aku
sendiri juga enggak tau, kayaknya aku enggak pernah lihat dia deh. Atau mungkin
itu kali ya siswa barunya.
Stevi :
Gimana orangnya? Ganteng nggak ?
Tasya :
Enggak !!! Kalau nyebelin sih,, banget.
Stevi : Yaa…
Kamu.
Tiba-tiba Pak Rudi datang bersama
siswa baru itu tidak lain Riki namanya. Tasya terkejut, benar dugaanya bahwa
orang yang ditabrak tadi adalah siswa barunya. Saat Riki menghadap ke arah
Tasya, Tasya pun langsung menundukkan kepalanya.
Pak Rudi :
Selamat pagi anak-anak
Semua :
Selamat pagi Pak
Pak Rudi :
Seperti kata bapak kemarin kita akan kedatangan siswa baru, ya ini siswa barunya. Silahkan kamu memperkenalkan
diri.
Riki : Hy
semua !!
Semua : Hay
Riki :
Perkenalkan nama saya Riki Setyawan, kalian bisa memanggil saya Riki. Senang
bisa
bertemu dengan kalian.
Pak Rudi :
Riki kamu bisa duduk di bangku yang kosong itu.
Riki : iya ,
Pak
Stevi : Sya
,, beneran deh. Ganteng banget.
Tasya :
Biasa saja kali
Stevi : Lho
kenapa sih kamu? Oh.. aku tau pasti diakan yang tadi tabrakan sama kamu
Tasya :
Emang iya
Stevi : Ya
ampun, Sya. Cuma masalah kayak gitu kamu benci sama dia, terserah kamu deh. Ganteng tau!!
Bel istirahat berbunyi.
(kriiinnngg-kriiinnnggg). Ini saatnya Riki berinteraksi dengan sekolah barunya,
dan karena dia tidak punya teman, dia
berniat mendekati dua orang sahabat itu Tasya dan Stevi. Karena dianggap paling
dekat dengan bangkunya.
Riki :
(menghadap ke belakang yaitu bangku Tasya dan Stevi) Hy perkenalkan Riki
(sambil mengulurkan tangan)
Stevi :
Stevi (sambil menjabat tangan Riki)
Riki : Kalau
kamu ? (menghadap ke Tasya)
Tasya tidak memperhatikan perkataan
Riki.
Stevi : Sya!!! (sambil menyenggol lengan Tasya)
Tasya : Haa
Stevi : Itu
(sambil kasih kode isyarat kepada Tasya)
Tasya : Oh..
Tasya (sambil menjabat tangan Riki dengan tersenyum)
Riki : Oh,
iya . Ke kantin yuk ? Sekalian ingin tau lingkungan sekolah ini.
Stevi : Ayo
Tasya :
Kalian aja deh, aku lagi males.
Stevi : Udah
ayo dong Sya (sambil menarik tangan Tasya)
Saat di kantin.
Stevi :
Kalian tunggu sini aku mau pesan makanan dulu.
Tasya : OK
Sesaat mereka berdua terdiam, masih kaku untuk memulai percakapan. Suasana hening itu kemudian dipecahkan oleh Riki.
Sesaat mereka berdua terdiam, masih kaku untuk memulai percakapan. Suasana hening itu kemudian dipecahkan oleh Riki.
Riki : oh
iya, kamu maukan jadi teman aku?
Secara aku enggak punya teman dan
belum hafal betul lingkungan di
sekolah ini.
Tasya hanya terdiam dan berfikir
sejenak.
Riki :
Hello… Kamu mau nggak ?
Tasya : Emm…
iya (dengan berat hati mengatakannya)
Riki : Kamu
ini kenapa sih ? Pasti gara-gara tadi ya?
Tasya :
Enggak, biasa aja kali
Riki :
Kalian berdua dekat banget ya?
Tasya :
Iyalah, secara diakan sahabat aku
Riki : Hebat
ya Stevi, bisa bertahan punya sahabat kayak kamu ?
Tasya : Apa
kamu bilang ?
Riki :
Enggak
Tasya : Tadi
kamu bilang apa ? (sedikit membentak)
Tiba-tiba Stevi datang dengan
membawa makanan.
Stevi : Lagi
ngobrolin apa, kok serius banget ?
Tasya : Enggak, enggak ngomongin apa-apa kok.
Stevi : Ya
udah, ini makanannya. Silahkan….
Tahap
3
Mulai
Memahami
Saat
pulang sekolah, dan hari ini Stevi ada les private akibatnya Stevi tidak bisa
pulang bareng bersama Tasya. Sebenarnya Stevi paling malas dengan les ini, tapi
ini semua keinginan kedua orang tuanya. Mau tidak mau Stevi harus mengikutinya.
Stevi : Sya, maaf kamu pulang sendiri
, soalnya mau bagaimana lagi aku ada les.
Tasya : Iya, nggak apa-apa kok.
Biasanya juga aku pulang sendiri kalau kamu enggak ada.
Riki : Atau kamu aku anterin pulang ?
Tasya : Enggak usah, enggak perlu
repot-repot
Riki : Ngak apa-apa kok, kitakan teman
Stevi : Iya, Sya. Mendingan kamu dianterin
pulang sama Riki. Inikan udah sore jarang tau ada angkot atau taxi lewat.
Tasya : (berfikir sejenak) Iya udah
deh
Stevi : Gitu dong. Ya udah hati-hati
ya? Daaa
Pada
saat di tengah perjalanan tiba-tiba motor Riki bannya kempes.
Tasya : Kok berhenti disini ? rumahku
kan masih jauh.
Riki : Lihat deh, ban motorku kempes.
Tasya : Terus ?
Riki : Kamu turun, kita bawa ke
bengkel depan situ. Enggak jauh kok!
Tiba
di bengkel.
Tukang Bengkel : Kenapa mas motornya ?
Riki : Ini pak, bannya kempes
Tukang Bengkel : Sebentar biar saya
cek.
Riki : Gimana pak ?
Tukang Bengkel : Ini bukan kempes
biasa mas, bannya harus ditambal karena kelihatannya ban bagian
dalamnya robek
Riki : Waduh, kira-kira lama nggak pak
?
Tukang Bengkel : Ya.. kira-kira 1 – 2
jam, mas. Soalnya ini masih ada yang ngantri.
Riki : Sya, trus ini bagaimana ?
Tasya : Mau tidak mau ya harus nunggu.
Udah hampir malam angkot juga udah enggak ada lagi.
Setelah
dua jam kemudian
Tukang Bengkel : Sudah selesai mas
Riki : Iya, ini pak ongkosnya. Terimakasih
Tukang Bengkel : Iya sama-sama.
Saat
di perjalanan
Tasya : Ini semua itu gara-gara kamu.
Seandainya tadi kalau aku nggak pulang sama kamu, aku nggak bakal pulang telat sampai malam kayak gini
Riki : Harusnya kamu terimakasih dong
undah aku anterin pulang. Enggak marah-marah kayak gini
Tasya : Lagian aku tadi nggak nyuruh
kamu nganterin aku kok. Kamu sendirikan yang nawarin
Riki :Ya itu salah kamu sendiri,
lagian siapa suruh nerima tawaran aku.
Tasya : OK, jika kamu enggak ikhlas nganterin
aku. Turunin aku disini !
Riki : Siapa yang bilang nggak ikhlas
sih ?
Tasya : Udah,, aku bilang berhenti !!
Riki : OK, sekarang turun. Memangnya
kamu berani ini jalanan sepi, nanti kalau ada seseorang yang berniat jahat sama kamu.
Kamu mau minta tolong sama siapa ?
Tasya terdiam
Riki : Enggak berani kan. Ya udah,
sekarang kamu pegangan aku usahakan kita cepat sampai di rumah kamu.
Tasya
akhirnya mengalah dan mengikuti semua yang deperintahkan Riki.
Sesampainya di rumah Tasya
Tasya : Makasih ya ? Kamu udah
nganterin aku pulang.
Riki : Iya sama-sama, ya udah aku
pulang ya ?
Tasya : Tunggu !! Soal tadi, maaf ya ?
Riki : Iya, tidak apa-apa kok
Tasya : Hati-hati di jalan
Riki hanya membalasnya dengan senyuman
Saat
kebersamaannya tadi dengan Tasya, Riki merasa ada sesuatu hal yang ingin dia
ketauhi tentang Tasya. Riki merasa ada sesuatu hal yang aneh dari cara Tasya
bersikap kepadanya, cara bicaranya, sampai cara menatapnya itu seperti lain
dari yang lainnya. Riki mempunyai niat untuk menanyakan ini kepada Stevi,
secara dia adalah orang yang sangat dekat dengan Tasya.
Sementara Tasya merasa bahwa tadi dia mengenal
bagaimana sifat Riki yang sesungguhnya. Tasya tidak nyangka ternyata Riki
mempunyai sifat yang sangat perhatian kepadanya. Dulu saja pas pertemuan
pertama aku dan Riki sampai ada konflik kecil tpi sekarang kita sudah jadi
teman, ucap Tasya lirih. (merasa heran)
Tahap 4
Kedekatan yang Tidak Terasa
Burung bernyayi menyambut pagi hari.
Seperti biasanya Tasya dan Stevi berangkat sekolah bersama. Perbincangan –
perbincangan menghiasi perjalanan mereka untuk sampai di sekolah. Sesampainya
mereka di sekolah
Stevi : Sya, tugas dari Pak Rudi
kemarin bagaimana? Aku bingung!
Tasya : Oww, yang itu .. Gimana ya?
Kalau nanti sekolah kita kerjain bareng gimana ?
Tiba
– tiba Riki datang dari belakang.
Riki : Setuju !! (sambil tersenyum
lebar)
Tasya : Siapa yang ngajakin kamu sih ?
Riki : Stevi, iya kan Vi ?
Tasya : Enggak!!
Riki :
Hello… aku nanya siapa ? Bolehkan Vi aku ikutan belajar bareng ?
(sedikit ngerayu)
Stevi : Tentu aja dong boleh. Lagian
kalian ini kenapa sih, tiap hari berantem melulu. Kayak tidak ada pekerjaan saja.
Riki : Tu dengerin!! Nggak ada
pekerjaan ya ?
Tasya : Kamu ngomong sama aku ?
Riki : Enggak, sama tu setan. (ngejek)
Tasya : Resek tau nggak
Stevi : Udah-udah bentar lagi masuk
ni, ke kelas yuk ?
Akhirnya
jam pelajaran sudah berakhir, rencananya Stevi, Tasya, dan Riki akan belajar
kelompok di restoran dekat sekolah mereka. Dan pada saat sampai di parkiran
restoran tiba-tiba, Mamanya Stevi telepon.
Stevi : Iya Halo, Ma !
Mama Stevi : Halo, sayang kamu ada
dimana?
Stevi : Ini Stevi mau ngerjain tugas
sama Tasya, Ma
Mama Stevi : Sayang kamu pulang ya?
Soalnya tadi mama dapat kabar dari paman katanya nenek sakit, dan dia sekarang ada di rumah sakit.
Stevi : Enggak bisa nanti setelah aku
nyelesaikan tugas ya, Ma
Mama Stevi : Sayang kamu kan tau
sendiri, perjalanannya jauh. Nanti kalau sampai disana kemalaman bagaimana?
Stevi : Iya deh, Ma. Aku pulang
sekarang.
(menutup telepon)
Tasya : Kenapa, Vi ?
Stevi : Kayaknya aku nggak bisa
belajar bareng kalian deh
Riki : Memangnya kenapa?
Stevi : Aku disuruh pulang, soalnya
aku diajak njenguk nenek aku yang sakit
Tasya : Oww, gitu !! ya udah sekarang
kita pulang, belajarnya di cancel besok aja.
Stevi : Jangan !! Aku pulang sendiri
aja. Soalnya aku nggak enak udah sampai disini malah kalian nggak jadi belajar
Riki : Enggak apa-apa kok, Vi. Santai
aja.
Stevi : Enggak.. enggak .. enggak.. Kalian
harus tetap belajar. OK ? Ya udah aku duluan ya ? daa ( segera pergi dan sambil melambaikan tangan)
Riki : Trus kita ?
Tasya : Masuk kedalam lah !!
Riki : Ngapain ? Belajar ?
Tasya : Enggak, main. Ya iya lah kita
belajar, emang itu kan tujuan kita kesini ?
Riki : Iya ya (tertawa kecil)
Dari
kebersamaan mereka berdua menimbulkan sedikit kedekatan di antara mereka.
Mereka jadi bisa memahami satu sama yang lain. Yang dulu Tasya sangat menjauhi
yang namanya cowok dan sedikit menutup diri, tetapi sekarang dia mencoba
sedikit membuka hatinya untuk cowok. Tasya sekarang menyadari bahwa Riki
orangnya baik dan sangat perhatian, tetapi dia masih begitu waspada. Karena dia
tidak mau terjebak ke dalam masa lalunya dulu.
Sedangkan
Riki merasa nyaman jika bersama Tasya, Riki merasa Tasya adalah orang yang enak
diajak ngobrol dan sangat menghibur. Walaupun sikap Tasya sedikit cuek, dan
Riki merasa ada sesuatu hal yang ditutupi Tasya dan sepertinya Riki harus
mengetauhinya (pikir Riki)
Mereka
berdua belajar bareng di restoran itu dengan serius. Karena Riki orangnya yang
humoris jadi banyak canda yang ia lontarkan terhadap Tasya.
Riki : Sya, kalau kamu gak marah kayak
gini kelihatan cantik lho. (sambil tersenyum)
Tasya : Apaan sih kamu. (sambil
memukul Riki pelan)
Riki : Beneran deh.. (menatap Tasya)
Tasya :Ki, lo ini kenapa sih ? Nggak
usah nglihatin aku kayak gitu dong ?
Riki : Memangnya kenapa ?
Tasya : Tau gak, tatapan kamu itu
seperti harimau. Kayak mau nerkam aku tau.
Riki : Masak sih ?
Tasya : Ih.. kamu
Riki : Ciee, malu-malu sampai pipinya
merah gitu ?
Tasya : Apaan sih ? (menundukkan
kepala)
Riki : Lihat aku deh !!
Tasya : Apa ?
Mata
mereka saling bertemu sehingga cinta mereka bersatu. Terasa bumi ini berhenti
berputar menyaksikan mereka. Nampaknya mereka saling merasa jatuh cinta. Saat
peristiwa romantis seperti ini tiba-tiba handphone Tasya berbunyi, dan mereka
berdua tersadar dari pertemuan tatapan mata mereka. Tasya langsung
mengambil handphone nya dan membaca
pesan yang masuk, pesan itu ternyata dari mamanya yang isinya menanyakan dia
ada di mana kok udah sore belum pulang. Dan Tasya memutuskan untuk pulang,
serta menyelesaikan tugas ini kembali besok atau dilain hari.
Riki : Dari siapa ?
Tasya : Mama aku ?
Riki : Pasti dia nyariin kamu ya ?
Tasya : (menganggukkan kepala)
Riki : Ya, sudah yuk kita pulang.
Tasya : Maaf ya? Kita selesaikan tugas
ini besok, aku janji kok besok bakalan selesai.
Riki : Iya, nggak masalah kok. Lagian
ini tugas masih buat minggu depan, iya kan ?
Tasya : Iya sih. (tersenyum)
Akhirnya
mereka berdua pulang.
Tahap 5
Perasaan Cinta
Pada
hari libur Stevi main ke rumah sahabatnya yaitu Tasya, dia selalu main ke rumah
tasya dikala dia ada waktu senggang. Sekedar ngobrol-ngobrol, tanya tugas
sekolah, bahkan curhat tentang masalah-masalahnya. Karena Stevi sudah menganggap
Tasya menjadi kakaknya sendiri yang lebih dewasa darinya dan dapat memberi
masukkan dan nasihat yang bijak untuknya.
Stevi
mencurahkan isi hatinya kepada Tasya, dia menceritakan bahwa ada rasa cinta
yang tumbuh dihati Stevi kepada Riki.
Stevi merasa dia sangat mencintai Riki sejak pertama dia bertemu, Stevi
meminta pendapat kepada Tasya tentang hal ini. Dia juga membujuk Tasya supaya
membantunya agar dia dapat dekat dengan Riki.
Mendengar
cerita Stevi, Tasya merasa terkejut dia tidak menyangka bahwa Stevi akan
mengatakan hal itu kepadanya. Tasya merasa bingung akan memberi masukan kepada
Stevi apa. Dia sendiri juga masih ragu akan perasaannya kepada Riki, Tasya
merasa bahwa dia mulai merasa sayang kepada Riki entah itu sayang sebagai
sahabat atau sayang lebih dari sahabat.
Tasya tidak ingin menyakiti perasaan Stevi sahabatnya jika dia tidak mau
membantu Stevi untuk dekat dengan Riki. Jadi mau tidak mau Tasya menyetujui
permintaan Stevi.
Stevi
masuk ke rumah Tasya, menyapa mama Tasya
Stevi : Pagi, tante..
Mama Tasya : Pagi, Vi. Tumben
pagi-pagi sudah kesini ?
Stevi : Iya, tante. Tasyanya ada ?
Mama Tasya : Ada, dia ada di kamar.
Stevi :Oww, iya sudah tante. Stevi
langsung ke kamar Tasya
Mama Tasya : Iya
Memanggil sambil mengetok pintu kamar
Tasya
Stevi : Sya.. Tasya.. ini aku Stevi
Tasya : Iya,, masuk
Stevi : Hy… kamu lagi ngapain ?
Tasya : Ini habis mandi. Ngapain sih
kamu pagi-pagi kesini ?
Stevi : Emang nggak boleh ?
Tasya : Boleh.!! Tapi tumben nggak
sepagi kayak gini
Stevi : Ada sesuatu yang ingin aku
ceritakan sama kamu. Kamukan udah aku anggap seperti kakak aku sendiri dan aku pikir kamu bisa kasih aku masukkan.
Tasya : Cerita tentang apa?
Stevi : Perasaan aku.
Tasya : Oww, aku tau pasti kamu sedang
jatuh cinta ya ? (tersenyum lebar) Perasaan cinta sama siapa sih ? (sedikit kepo)
Stevi : (tersenyum malu) Aku jatuh
cinta sama Riki
Tasya terkejut dia tidak sengaja
menjatuhkan sisir rambut yang dipegangnya
Stevi : Kamu kenapa ? Kok terkejut
gitu ?
Tasya : Enggak.. Aku cuma seneng aja
kamu bisa jatuh cinta secepat itu. (memaksa tersenyum)
Stevi : Aku sendiri juga nggak tau.
Aku cinta sama Riki sejak pertama bertemu. (tersenyum senang) Menurut kamu bagaimana ?
Tasya : Emm… Bagus !! (binggung mau
bicara apa)
Stevi : Maksudnya ?
Tasya : Ya.. Bagus. Riki itu
kelihatannya orang yang baik.
Stevi : Sya, kamu bantu aku ya ?
Tasya : Bantu apa ?
Stevi : Bantu aku supaya aku bisa
dekat dengan Riki ?
Tasya : Aku
Stevi : Iyalah, kamu kan sahabat aku.
Mau ya ?? please….
Tasya : Iya (dengan berat mengatakannya)
Stevi : Kamu memang sahabat baikku
(memeluk Tasya)
Tasya : Udah jam segini aku lapar. Aku
mau sarapan dulu ya ? Kamu udah sarapan ?
Stevi : Belum sih. Tapi aku mau pulang
aja. Ya sudah ya ? Daa
Tasya : Daaa
Sebenarnya waktu itu Tasya tidak
merasa lapar hanya saja ia mencari alasan supaya Stevi tidak mendesaknya terus.
Keesokkan
harinya waktu akan masuk kelas, Riki menghampiri Tasya untuk membicarakan tugas
yang kemarin belum selesai dikerjakan.
Riki : Sya..!!
Tasya : Iya kenapa ?
Riki : Aku mau tanya tugas yang
kemarin, kita jadikan menyelesaikannya nanti ?
Tasya merasa bingung harus bicara apa,
dia selalu kepikiran perkataan Stevi kemarin tentang perasaannya kepada Riki.
Riki : Sya.. Kita jadikan ?
Tasya : Jadi, tapi aku nanti nggak
boleh keluar sama mama. Aku suruh dirumah soalnya tadi katanya mama aku mau pergi ke bandung.
Riki : Oww, gitu ?
Tasya : Iya (Tasya berbohong)
Riki : Tapi nggak apa-apa. Kita
kerjain aja tugasnya di rumah kamu.
Tasya : Tapi..
Riki : Sudah, tidak apa-apa. Nanti
sepulang sekolah, OK (segera masuk kelas)
Saat
di kelas Tasya menceritakan bahwa ia nanti sepulang sekolah akan menyelesaikan
tugas bersama Riki.
Tasya : Vi, nanti aku sepulang sekolah
mau menyelesaikan tugas kemarin sama Riki. Kamu mau ikut ?
Stevi : Boleh, dimana ?
Tasya : Di rumahku
Stevi : OK, aku ikut (merasa senang)
Sepulang
sekolah mereka segera pergi ke rumah Tasya untuk menyelesaikan tugas mereka.
Sesampai di rumah Tasya.
Tasya : Silahkan masuk
Riki : Iya
Tasya : Sambil nunggu Stevi, aku
buatin minum dulu ya ?
Riki : Nggak usah repot-repot, Sya.
Tasya : Tida apa-apa kok
Riki : Ya sudah aku bantuin
Tasya : Kamu mau minum apa ?
Riki : Terserah kamu aja deh
Tasya : Kamu suka jus jeruk ?
Riki : Apa aja suka yang penting yang
buatin kamu. (tersenyum menggoda)
Tasya : Apaan sih. Ini kamu kasih gula
selera kamu ?
Riki : Sudah (sambil memberikan gelas
tadi ke Tasya)
Tasya : Kok cuma dikit, emang manis
Riki : Udahlah
Tasya : Bentar aku cicipi (mencicipi
jus). Tu kan bener kata aku nggak manis
Riki : Masak sih, sini aku yang minum
(meraih gelas yang dipegang Tasya)
Riki : Manis kok
Tasya : Beneran, aku tadi minum
rasanya asam
Riki : Iya manis, soalnya aku kalo
minum sambil lihatin kamu. Kamu kan manis
Tasya : Gombal (tersipu malu)
Mereka
berdua asyik tertawa dan bercanda di dapur, tanpa mereka sadari Stevi datang
dan melihat keakraban mereka. Stevi merasa tidak senang melihat Tasya dekat
dengan Riki karena dia mencintai Riki. Namun apakah Riki sebaliknya, itulah
yang masih menjadi teka-teki Stevi.
Stevi : Ehemm
Tasya : Vi, kamu sudah datang.
(terkejut)
Stevi
hanya diam dan memasang wajah tidak senang. Tasya merasa tidak enak dengan
Stevi karena Stevi menemukan dia berdua
dengan Riki. Tasya juga sebenarnya mengerti bahwa Stevi tidak senang
dengan keadaan ini, Tasya coba mencari alasan supaya tidak terlalu lama dalam
situasi seperti ini.
Tasya : Oh iya, Vi. Aku buatin minum
dulu ya ? Kamu duluan aja sama Riki ke depan ngerjain tugas.
Stevi : OK
Riki
merasa ada sesuatu yang aneh dari perubahan sikap Tasya semenjak Stevi datang.
Riki : Aku duluan ke depan ya, Sya ?
Tasya : Iya (sambil tersenyum)
Akhirnya
mereka mengerjakan tugas mereka, tidak luput dari canda dan tawa yang mereka
lontarkan untuk menghiasi waktu yang berjalan. Karena Stevi sangat berharap
ingin mendekati Riki kesempatan inipun tidak ia sia-siakan. Namun sepertinya
tanggapan Tasya dengan sikap Stevi yang mendekati Riki tidak enak, Tasya merasa
bahwa kecemburuan ada di dalam hatinya. Tasya berusaha membuang rasa itu
jauh-jauh, namun apalah daya jika cinta sudah datang menghampiri maka tidak mudah untuk bisa lari dari itu.
Stevi : Ki, ajarin aku ini dong ? Aku
masih bingung nih
Riki : Yang mana ?
Stevi : Ini
Tasya
hanya terdiam melihat mereka berdua. Tasya merasa sedikit kesal dengan sikap
Stevi, tetapi Tasya juga sadar bahwa Stevi itu adalah sahabat baiknya. Jadi,
dia tidak mungkin menggagalkan harapannya apa lagi menyakitinya. Biar bagaimana
pun sahabat adalah segalanya itu merupakan pendirian Tasya.
Tidak
terasa waktu berjalan begitu cepat, hari sudah menjelang sore. Dan akhirnya
tugas mereka selesai juga, Riki pun memutuskan untuk segera pulang. Saat Riki hendak pulang tiba-tiba Mamanya
Tasya pulang ke rumah.
Mama Tasya : Assalamu’alaikum
Semua : Wa’alaikumssalam
Mama Tasya : Oww, ada temannya Tasya
Riki : Iya, tante. Kita mengerjakan
tugas
Mama Tasya : Sudah dari tadi
Riki : Iya, ini saya mau pamit pulang.
Mama Tasya : Maaf ya ? Tante baru
datang
Riki : Tidak apa-apa tante, lagian
tante pasti capek habis pulang dari Bandung
Mama Tasya : Bandung (merasa bingung)
Tasya : Iya, aduh pasti mama capek
banget. Iya sudah ma, mama istirahat sana. (memotong pembicaraan mereka sambil kebingunggan mencari alasan)
Riki :
Iya sudah, aku pulang dulu ya ?
Tasya : Iya, hat…….
Stevi : (memotong pembicaraan Tasya)
Hati-hati di jalan. Iya udah, Sya. Aku juga pamit pulang.
Tasya : Iya, salam buat Papa dan Mama
kamu di rumah.
Stevi : OK
Tahap 6
Terungkapnya
Rahasia
Hari
ini langit begitu cerah, Tasya segera berangkat sekolah dangan semangat pagi. Namun
tidak seperti biasanya kini Tasya berangkat sekolah diantarkan oleh mamanya,
karena Stevia ada urusan jadi mereka tidak bisa berangkat bersama. Saat tiba di
sekolah tiba-tiba langkah Tasya dihentikan oleh Riki.
Riki : Sya !!
Tasya : (menoleh ke belakang) Ada apa
?
Riki : Nanti sepulang sekolah kita
makan yuk ?
Tasya : Emmm, gimana ya ?
Riki : Ajak aja Stevi, biar rame.
Tenang aja nanti aku yang traktir.
Tasya : Tumben, ada apaan ni ?
Riki : Enggak ada apa-apa, cuma nanti
katanya sepupu aku mau ke Jakarta. Dan aku suruh jemput di stasiun, maka dari itu aku ajak kalian supaya aku
tidak sendirian.
Tasya : Oww, gitu. Trus setelah jemput
sepupu kamu, kita bareng-bareng makan siang gitu ?
Riki : Iya, nanti kita makannya di
dekat stasiun aja. OK
Tasya : OK
Saat
bertemu Stevi di kantin Tasya bilang ke Stevi tentang ajakan Riki untuk makan
siang bareng. Tentunya Stevi nggak mau menolak, karena menurut dia jika
berhubungan dengan Riki itu penting baginya.
Tasya : Vi, tunggu !
Stevi : Iya, ada apa?
Tasya : Nanti sepulang sekolah ada les
atau kegiatan nggak kamu ?
Stevi : Emmm, enggak ada. Emangnya
kenapa?
Tasya : Nanti sepulang sekolah Riki
ajakin kamu untuk makan siang.
Stevi : Aku (berharap makan siang
berdua dengan Riki)
Tasya : Maksudnya kita bareng-bareng
Stevi : Oww (merasa kecewa)
Tasya : Gimana mau nggak ?
Stevi :Iya boleh
Bel
waktu pulang sekolah sudah berbunyi, akhirnya mereka memutuskan untuk segera
pergi makan siang. Riki pergi menjemput sepupunya, namun Tasya dan Stevi, Riki
suruh menunggunya di tempat makan yang sudah ditentukan tadi.
Riki : Aku duluan ya ? Nanti kalian
tunggu di tempat makan yang ditentukan tadi
Stevi : Ok, jangan lama-lama
Riki : Iya, sampai jumpa nanti
Tidak
lama kemudian Tasya dan Stevi akhirnya sampai di tempat makan itu.
Tasya : Kita duduk disitu aja,
kelihatannya enak
Stevi : Iya
Sedangkan
Riki juga sudah tiba di stasiun, tidak lama kemudian tiba-tiba sepupunya
datang. Dan ternyata sepupunya Riki adalah Rio tidak lain mantan kekasih yang
mengkhianati Tasya dulu.
Riki : Hy (melambaikan tangan)
Rio : Hy
Riki : Sudah lama nunggunya ?
Rio : Enggak, baru saja sampai
Riki : Iya, sudah kita langsung ke
tempat makan saja. Soalnya teman-teman aku sudah nunggu disana
Tasya
dan Stevi sudah mulai lelah dan lapar menuggu Riki yang tak kunjung datang.
Stevi : Lama banget sih Riki, capek
tau.
Tasya : Kita pesan makanan dulu aja ya
? Keburu lapar ni.
Stevi : Ide yang bagus
Tasya : Kamu pesan aja, Vi. Aku mau ke
kamar mandi dulu.
Stevi : Kamu mau makan apa?
Tasya : Terserah kamu aja
Tidak
lama kemudian Riki dan sepupunya yaitu Rio sampai di tempat makan itu.
Riki : Dimana ya merka ?
Stevi : Hy, Ki . aku disini
Riki : Itu dia, yuk (menggandeng
tangan Rio)
Stevi : Kamu lama banget sih.
Riki : Iya, maaf. Oh iya, ini kenalin
sepupu aku
Rio : Hy, Rio (mengulurkan tangan)
Stevi : Stevi (menjabat tangan
Rio) silahkan duduk. Aku udah pesan
makanan kalian mau pesan apa ?
Rio : Biar aku aja yang pesan (pergi
ke tempat pemesanan makanan)
Riki : Tasya mana ?
Stevi : Dia sedang ke kamar mandi,
bentar lagi dia pasti datang.
Riki : Oww
Stevi : Tu dia (melihat ke arah Tasya)
Tasya : Hy, Ki. Udah datang dari tadi
?
Riki : Enggak kok baru aja sampai
Tasya : Trus sepupu kamu ?
Riki : Dia sedang pesan makanan.
Tak
lama kemudian Rio datang dari arah belakang Tasya.
Riki : Itu dia, sepupu aku.
Tasya
berdiri dan menghadap ke arah belakang. Setelah menyapanya Tasya terkejut dan
langsung terdiam. Dia terkejut melihat sosok Rio yang selama ini berusaha
mati-matian untuk dia lupakan namun sekarang malah hadir dalam kehidupannya
lagi sebagai sepupu Riki. Tasya tidak bisa membendung air matanya karena
teringat masa lalunya yang menyedihkan itu lagi setelah melihat Rio di
hadapannya.
Tasya : Hy (menghadap ke belakang dan
terkejut)
Rio : Tasya (Rio pun juga terkejut)
Riki : Kalian sudah saling kenal.
Tasya : Maaf aku harus pulang, aku..
aku ada urusan. (sambil menyembunyikan air matanya yang telah tumpah dan berlari keluar).
Riki :
Tasya tunggu ? (mengejar Tasya)
Saat
di tempat parkir, akhirnya Riki bisa menghentikan langkah kaki Tasya.
Riki : Sya, kamu tidak apa-apa kan ?
Tasya : (menggelengkan kepala) aku mau
pulang.
Riki
merasa ada sesuatu diantara Rio dan Tasya. Riki merasa sangat kasihan kepada
Tasya raut mukanya setelah melihat Rio berubah tampak begitu pucat. Sekarang
Riki mengerti emosi Tasya tidak bisa terkontrol dengan baik sampai Tasya bisa
membentaknya.
Riki : Sebenarnya kamu ini kenapa sih,
Sya ?
Tasya : Aku mau pulang, Ki (membentak
Riki)
Riki
memeluk Tasya untuk menenangkannya. Tasya merasa tubuhnya begitu lemas, dia
menangis keras untuk meluapkan kesedihannya dipelukan Riki.
Riki : Kamu tunggu disini, aku mau
ambil kunci motor dulu. Aku akan anterin kamu pulang, OK ?
Tasya : (mengganggukkan kepala)
Riki
segera berlari dan kembali masuk untuk mengambil kunci motornya.
Stevi : Ki, bagaimana Tasya ? (merasa
cemas)
Riki : Dia tidak apa-apa. Aku mau
anterin dia pulang dulu ya ?
Stevi : Iya, hati-hati di jalan
Riki
segera mengantarkan Tasya untuk pulang. Sesampainya di rumah Tasya sudah
terlihat agak mendingan daripada tadi di tempat makan. Riki merasa sangat
kawatir dengan keadaan Tasya, Riki tidak mungkin meminta penjelasan Tasya
sekarang. Dia memutuskan untuk segera kembali ke tempat makan dan meminta
kejelasan kepada Rio.
Stevi
hanya bisa terdiam di tempat makan itu, dia merasa sangat kawatir dengan
keadaan sahabatnya. Dia hanya bisa bertanya-tanya pada dirinya sendiri akan
penyebab dari kejadian tadi. Dia tidak bisa bertanya pada Rio, karena
kelihatannya Rio masih sedikit syok dengan kejadian barusan. Dia berpikir untuk
meminta kejelasan kepada Rio menunggu Riki sampai di tempat makan itu.
Tidak
lama kemudian Riki akhirnya datang. Dan Riki langsung menanyakan kejelaskan
akan kejadian ini kepada Rio sepupunya.
Riki : (duduk di samping Rio) Rio aku
butuh kejelasan dari kamu ?
Rio : Enggak, Ki. Ini masalah pribadi
aku.
Riki : Kamu tau, semua masalah Tasya
itu juga menjadi masalah aku.
Stevi : Aku tau !! Mungkin yang
dimaksud Tasya waktu itu adalah kamu (teringat cerita Tasya tentang mantan kekasihnya)
Riki : Maksud kamu ?
Stevi : Rio sepupu kamu ini dia adalah
mantan pacar Tasya.
Riki : Trus, Tasya kok sampai
segitunya.
Stevi : Bukan itu intinya. Rio kamu
yakin aku yang bicara ?
Rio : Kamu jangan salah faham dulu,
biar aku yang jelasin.
Rio
menjelaskan semuanya kepada Stevi dan Riki, tentang kesalahannya dulu yang
telah mengkhianati Tasya. Rio berkata bahwa dia sudah sadar dan keinginannya ke
Jakarta adalah mencari Tasya untuk meminta maaf kepadanya. Rio juga bercerita
bahwa dengan mengkhianati Tasya waktu itu ternyata ada balasannya juga, dia
juga sebaliknya dikhianati pacarnya yaitu teman dekat Tasya waktu itu. Semenjak
itu ia sadar dan mengerti bagaimana rasanya dikhianati oleh orang yang sangat
disayangi.
Tahap 7
Kecurigaan Stevi
Hari
ini Tasya sakit, dia tidak bisa masuk sekolah.
Mama Tasya : Sayang, kamu yakin tidak mau
dibawa ke dokter ?
Tasya : Iya, ma. Aku cuma butuh
istirahat saja
Mama Tasya : Mama tinggal kamu tidak apa-apa
di rumah sendiri.
Tasya : Udah, mama berangkat kerja
sana. Aku nggak apa-apa ma.
Mama Tasya : Iya udah, sayang. Mama
berangkat ke kantor ya ? (mencium kening Tasya) Cepat sembuh
Tasya : Iya. Hati-hati di jalan, Ma.
Saat
Stevi duduk di taman sendiri waktu istirahat, tiba-tiba Riki datang
menghampirinya.
Riki : Vi, Tasya kemana ?
Stevi : Itu dia, tadi aku ke rumahnya
tapi nggak ada orang. Aku kira tadi Tasya sudah berangkat sekolah dulu. Terus aku telepon, nomornya nggak aktif.
Riki
merasa kawatir dengan Tasya takut terjadi apa-apa sama Tasya sampai dia tidak
masuk sekolah.
Riki : Coba kamu telepon mamanya
Stevi : Ow iya, kenapa tidak kepikiran
dari tadi.
Stevi telepon Mamanya Tasya.
Mama Tasya : Halo, ada apa Vi ?
Stevi : Halo tante, Tasya kemana ya
kok dia tidak masuk sekolah ?
Mama Tasya : Memangnya Tasya tidak
bilang sama kamu ?
Stevi : Tidak, aku telvon nomornya
saja tidak aktif.
Mama Tasya : Tasya sakit, Vi. Tadi
tante mau bawa ke dokter dia malah menolak.
Stevi : Trus.. Tasya sekarang di mana,
tante ?
Mama Tasya : Dia sekarang ada di rumah
istirahat.
Stevi : Iya, sudah tante. Terimakasih
infonya
Mama Tasya : Iya sama-sama. (menutup
telepon)
Riki
mendekati Stevi
Riki : Bagaimana ?
Stevi : Tasya sakit.
Riki : Tapi nggak parahkan ? Sudah di
bawa ke dokter ? atau… (merasa panic)
Stevi : (memotong pembicaraan Riki)
Tasya tidak apa-apa, sekarang dia istirahat di rumah
Riki : Sudah di bawa ke dokter ?
Stevi : Kamu ini kenapa sih ? Udah aku
bilang dia tidak apa-apa. (sedikit kesal dengan kecemasan Riki yang berlebihan terhadap Tasya)
Stevi
merasa bahwa Riki mencintai Tasya, dilihat dari kekawatiran Riki yang begitu
besar terhadap kondisi Tasya. Stevi ingin mencari tau yang sebenarnya, perasaan
kawatir Riki untuk Tasya apakah hanya sebatas sahabat atau lebih dari itu.
Tahap 8
Terucapnya Kata
Cinta
Mendengar
Tasya sakit membuat Riki sangat kawatir akan keadaannya. Dia juga sempat
berfikir untuk bolos pelajaran setelah istirahat untuk ke rumah Tasya. Namun
Rio sepupunya yang mencegah niatan itu di telepon.
Rio : Ki, bagaimana Tasya ? Dia
baik-baik saja kan ?
Riki : (menjawab dengan nada rendah)
Dia sakit
Rio : Trus ?
Riki : Aku sih berfikir untuk bolos
pelajaran habis ini. Aku mau jengukin Tasya.
Rio : Kok kamu sampai segitunya sih,
Ki. Mendingan kamu sms alamatnya Tasya, nanti biar aku yang cek keadaan dia. Trus sepulang sekolah kamu bisa ke rumahnya.
Riki : Iya, nanti kamu kabarin aku
terus ya ?
Rio : Pasti
Rio
juga merasa kawatir dengan keadaan Tasya, dalam lupuk hatinya paling dalam Rio
juga masih mencintai Tasya. Setelah mendapat sms dari Riki alamat Tasya, Rio
pun segera pergi ke rumah Tasya.
Namun
setelah menemukan alamat yang sama dengan yang dikasih Riki, Rio tidak
mendapati seorang pun di rumah itu, rumahnya sangat sepi. Rio lansung masuk
gerbang karena pintu gerbang itu terbuka, ia segera mengetuk pintu. Tak lama
kemudian pintu itu terbuka.
Tasya : Iya siapa (dengan nada rendah
karena sakit)
Tasya
terkejut melihat Rio berada di rumahnya. Dia langsung menutup pintunya kembali,
namun dapat dihalangi oleh Rio. Rio dengan mudah menghentikan pintu yang akan
tertutup karena kondisi Tasya yang lemah sebab dia sakit.
Rio : Tunggu, Sya !! Tolong kasih
kesempatan aku
Tasya
masuk dan menghempaskan tubuhnya yang lemah itu ke sofa ruang tamu. Disusul Rio
yang mengikuti masuk dan duduk di sofa dekat Tasya. Rio menceritakan semuanya
kepada Tasya, dia juga tidak lupa meminta maaf kepada Tasya.
Rio : Sya, tujuan aku ke Jakarta
adalah aku ingin mencari kamu, aku ingin meminta maaf sama kamu. Maafin aku ya ?
Tasya : Setelah kamu menyakiti aku,
dengan gampangnya kamu meminta maaf. (mengusap air mata yang tidak terasa menetes begitu deras)
Rio : Aku rela melakukan apa saja buat
kamu, asalkan kamu mau memaafkan aku.
Tasya : Gampang sih, dengan kamu pergi
jauh dari kehidupan aku. Mungkin aku akan bisa memaafkan
kamu.
Rio : Enggak.. enggak bisa, Sya. Aku
masih sayang sama kamu.
Tasya : Apa kamu bilang ?
Rio : Iya, aku masih sayang sama kamu.
Aku tidak mau kehilangan kamu lagi.
Rio
memeluk Tasya, Tasya pun tidak bisa menolak pelukkan Rio karena Rio memeluknya
dengan sangat erat seperti tidak mau melepaskannya. Tidak mereka sadari Riki
dan Stevi juga datang ke rumah Tasya dan menyaksikan mereka berdua.
Riki
merasa sangat terpukul melihat kejadian ini, dia tidak menyangka bahwa Rio
sepupunya masih mencintai Tasya orang yang selama ini dicintai Riki. Melihat
ekspresi Riki yang melihat Rio dan Tasya berpelukan, Stevi merasa yakin bahwa
Riki memang benar mencintai Tasya.
Riki : Ehemm (mencoba memisahkan
pelukan Rio terhadap Tasya)
Rio
terkejut dan segera melepaskan pelukannya terhadap Tasya. Tasya pun juga
terkejut melihat Riki dan Stevia ada di rumahnya, nampaknya mereka sudah begitu
lama di situ (pikir Tasya). Tasya hanya bisa menundukkan kepala, dia binggung
harus berbuat apa.
Stevi : (menghampiri Tasya) Sya, kamu
nggak apa-apa kan ?
Tasya : Aku baik-baik aja kok
Stevi : Rio kok bisa ada disini ?
Tasya : Aku sendiri juga tidak tau.
Aku kira kamu yang kasih alamat rumah aku sama dia.
Riki : Aku yang kasih, Sya. Aku cuma menyuruh dia mengecek keadaan kamu, tapi apa
dia malah egois. Bisa-bisanya aku
yang kawatir sama keadakan kamu malah dia memanfaatkan
keadaan ini dengan nggungkapin perasaannya ke kamu. (merasa tidak terima)
Rio : Terserah aku dong, inikan hak
aku. Memangnya kamu siapanya Tasya ?
Riki : Aku sahabatnya.
Rio : Cuma sahabat kan ?
Riki : Tapi sekarang aku mencintai
Tasya.
Tasya
terkejut dia tidak menyangka Riki akan mengatakan itu dihadapan Rio dan Stevi.
Tasya merasa senang ternyata perasaan cinta itu tidak dirasakannya sendiri namun
Riki juga merasakan hal itu, jadi cinta mereka tidak bertepuk sebelah tangan.
Namun disisi lain dia juga harus menghargai perasaan sahabatnya Stevi yang juga
mencintai Riki.
Sedangkan
Stevi merasa sangat terpukul akan pernyataan Riki yang mengatakan bahwa dia
mencintai Tasya. Stevi merasa tidak terima akan pernyataan itu, ia segera
berlari keluar sambil menangis.
Tasya : Ki, kamu apa-apaan sih ?
(mengejar Stevi) Stevi, tunggu!!
Karena
kondisi Tasya yang sedang sakit, dia tidak bisa menghentikan Stevi. Namun saat
di depan pintu rumahnya Tasya langsung pingsan. Stevi langsung menghentikan
kakinya dan kembali menghampiri Tasya yang pingsan. Riki dan Rio pun segera
berlari keluar dan membantu Tasya untuk dibawa ke kamarnya.
Setelah
itu, Stevi langsung telepon dokter, untuk memastikan bahwa Tasya baik-baik
saja. Stevi juga tidak lupa mengabari mamanya Tasya akan kejadian ini.
Dokter
selesai memeriksa Tasya dan harapan Stevi terkabul bahwa Tasya sahabatnya
baik-baik saja tidak ada sesuatu yang parah. Riki dan Rio merasa lega, namun
mereka masih saling menyalahkan.
Riki : Ini semua salah kamu..
(menunjuk Rio)
Rio : Yang ada ini semua salah kamu
Stevi : Disaat seperti ini kalian
masih aja berantem. Kalian ini kan saudara udah dong berhenti. Mendingan kalian berdua pulang aja bentar lagi
mamanya Tasya pasti pulang.
Tahap 9
Dilema
Pagi
ini langit tampak begitu cerah. Akhirnya Tasya bisa masuk sekolah lagi, dia
sudah sembuh dari sakitnya kemarin. Hari ini dia masuk sekolah diantar sama
mamanya karena mamanya masih sedikit kawatir akan keadaannya. Saat sampai di
sekolah dia bertemu dengan Stevi.
Stevi : Hy, Sya. Kamu udah sembuh ?
Tasya : Iya, alhamdullilah
Stevi : Ada yang ingin aku tanyakan
sama kamu, Sya.
Tasya : Apa ?
Disaat
mereka sedang asyik ngobrol tiba-tiba Rio menghampiri mereka.
Rio : Hy
Stevi : Rio, kamu kok bisa ada di sini
?
Rio :Iya, ada hal penting yang aku
ingin sampaikan sama Tasya.
Stevi : Oww… iya udah, Sya. Kita
bicarain aja nanti, aku duluan ya ? Daa (tidak mau mengganggu urusan mereka Stevi segera masuk
kelas)
Tasya : Hal penting apa yang ingin
kamu sampaikan ke aku ?
Riki
sampai di sekolah dan tidak sengaja melihat Rio sedang berbincang-bincang di
taman sekolah dengan Tasya. Karena Riki sangat penasaran mereka sedang
ngomongin apa, Riki berusaha mendekat dan nguping pembicaraan mereka.
Rio : Tapi aku ngomongnya enggak
disini
Tasya : Trus ?
Rio : Nanti sepulang sekolah, aku tunggu
kamu di taman depan sekolah.
Tasya : Sorry, aku enggak bisa ?
(bersikap dingin terhadap Rio)
Rio : Ayo dong, Sya ? Ini penting
banget, kamu bisa kan ?
Tasya : Iya, tapi aku enggak punya
waktu banyak. Aku sepulang sekolah masih banyak urusan.
Rio : Tenang aja cuma bentar kok. Iya,
udah sampai jumpa nanti (meninggalkan Tasya)
Tasya
pun segera masuk ke kelas. Karena pelajaran jam pertama gurunya sedang mengamil
cuty jadi kelas pagi itu tidak ada pelajaran alias jam kosong.
Stevi :oh iya, Sya. Aku mau lanjutin
pembicaraan kita tadi (sedikit berbisik-bisik karena takut kedengar sama Riki yang bangkunya tepat
didepannya)
Tasya : Iya boleh
Stevi : Sya, kemarin kan Riki
ngungkapin perasaanya ke kamu. Trus tanggapan kamu gimana?
Tasya : Emmm… Tanggapan aku (bingung
mau bicara apa)
Tasya
berpikir jika ia bicara yang sejujurnya bahwa ia juga mencintai Riki, pasti
Stevi marah besar. Karena dia juga
sangat mencintai Riki.
Stevi : Ya udah, langsung aja pada
intinya. Kamu suka nggak sama Riki.
Tasya : Aku
Stevi : Iya siapa lagi. Suka nggak ?
(sedikit mendesak)
Tasya : Iya enggak lah (berbohong)
Stevi
merasa senang dengan jawaban Tasya jika ia tidak suka dengan Riki, jadi ia
masih punya kesempatan besar untuk mendekati Riki, pikir Stevi.
Akhirnay
jam sudah menunjukkan waktu pulang sekolah. Tasya ingat ada janji dengan Rio di
taman depan sekolah. Sedangkan Riki ia berniat ingin mengikuti Tasya untuk
ketemuan sama Rio.
Tasya : Vi, aku tidak bisa pulang
bareng kamu, soalnya aku masih ada urusan bentar
Stevi : Iya, tidak apa-apa kok.
Riki : Aku duluan ya ? Aku juga masih
ada urusan penting (berlari meninggalkan mereka berdua)
Stevi : Iya, daa (melambaikan tangan).
Ya udah, aku duluan ya, Sya ?
Tasya : Iya, kamu hati-hati di jalan
Riki
sampai di taman sengaja mendahului Tasya, ia
ingin mengetahui hal penting apa yang ingin Rio sampaikan kepada Tasya.
Tasya
akhirnya sampai di taman depan sekolahnya, namun dia tidak menemukan sosok Rio.
Akhirnya ia memutuskan menunggu Rio di bangku bawah pohon yang besar dan lebat.
Tak lama kemudian Rio pun datang.
Rio : Sya, udah dari tadi ya nunggunya
?
Tasya : Enggak, baru aja sampai
Rio : Bagaimana keadaan kamu udah
baikkan ?
Tasya : Udah, mendingan langsung aja
deh pada inti pembicaraan ini. Hal penting apa yang ingin kamu bicarakan sama aku.
Rio : Jadi gini, Sya. Aku masih sayang
sama kamu, kamu mau kan balikan lagi sama aku ?
Tasya : Maaf, aku nggak bisa
Rio : (memegang tangan Tasya) Sya,
pliss aku mohon. Aku sayang sama kamu, aku janji aku enggak akan nyakiti kamu lagi. Kamu mau ya ?
Melihat
kejadian itu Riki merasa kesal dengan Rio, bisa-bisanya di bilang kayak gitu
sama Tasya padahal dia juga udah tau bahwa Riki juga sayang sama Tasya. Riki
sangat deg-degan menunggu jawaban dari Tasya, dia berharap bahwa Tasya akan menolak
Rio. Riki masih tetap bersembunyi di semak-semak.
Tasya : (melepaskan pegangan dari Rio
dan bangkit berdiri) Maaf Rio aku nggak bisa. Udah ada seseorang yang menggantikan posisi kamu dihatiku. Aku
nggak bisa nerima kamu lagi, maaf.
Rio : Pasti Riki kan orangnya ? Iya
kan ?
Tasya : Siapapun orang itu, kamu nggak
perlu tau (pergi meninggalkan Rio)
Rio
sangat menyesal, adai saja waktu itu dia tidak meninggalkan Tasya mungkin ini
semua tidak akan terjadi.
Sedangkan
Riki, dia segera keluar dari persembunyiannya dan berlari mengejar Tasya. Dia
ingin mengetauhi perasaan Tasya kepadanya, apa Tasya juga mencintainya atau
tidak sama sekali.
Saat
Stevi di tengah perjalanan, tiba-tiba ia teringat hanphone nya tertinggal di
laci bangku kelasnya. Ia pun segera putar balik ke sekolah, berharap handphone
nya tidak hilang. Akhirnya dia sampai di sekolah dan segera berlari ke ruang
kelasnya, dan syukurlah handphone nya masih ada. Stevi pun segera pulang ke
rumah.
Pada
saat di depan sekolah, dia melihat Riki nampaknya sedang berlari-lari mengejar
seseorang. Stevi teringat kata Riki bahwa ia katanya masih ada urusan penting,
tapi kok malah masih ada di sini (pikir Stevi). Karena Stevi curiga maka ia
segera turun dari motor dan berlari mengikuti Riki.
Akhirnya
Riki bisa menghentikan lahkah kaki Tasya.
Riki : Tasya, tunggu!!
Tasya : Iya, kok kamu ada di sini, Ki
?
Riki : Aku mau bicara sama kamu
Tasya : Bicara apa ?
Riki : Aku sayang sama kamu, Sya. Kamu
mau kan jadi pacar aku ?
Tasya
merasa terkejut mendengar Riki mengatakan itu lagi, malahan sekarang Riki
meminta dirinya untuk menjadi pacarnya. Sebenarnya Tasya ingin menerima itu,
namun di sisi lain dia juga harus mempertahankan sahabatnya Stevi yang juga
mencintai Riki.
Tasya : Maaf, Ki. Aku tidak bisa jadi
pacar kamu. (dengan berat hati mengatakan itu)
Riki : Enggak, aku tau pasti kamu juga
cinta kan sama aku ?
Tasya
terdiam dan menundukkan kepala.
Riki : Jawab, Sya. Aku tau pasti ini
semua gara-gara Stevi kan ? Stevi cintakan sama aku dan kamu nggak mau nyakiti perasaan dia, iya kan ?
Tasya : (Tasya hanya menganggukkan
kepala)
Riki : (memegang kepala Tasya supaya
dia bisa melihat dan menatap mata Tasya) Sya degarkan aku, seorang sahabat yang baik pasti dia tidak akan egois
mementingkan dirinya sendiri. Sekarang
jawab aku kamu cinta kan sama aku ?
Tasya :Iya, Ki. Memang aku cinta sama
kamu, tapi…..
Ternyata
Stevi mendengarkan perkataan Tasya, Stevi langsung menghampiri Tasya dan
memaki-makinya. Padahal perkataan Tasya tadi belum selesai ia ucapkan, Stevi
salah faham kepada Tasya.
Stevi : Kamu jahat, Sya. Tadi kamu
bilang kamu nggak cinta sama Riki tapi apa? Kamu udah bohongi aku, kamu jahat. Munafik tau nggak, tega-teganya kamu
nusuk sahabat kamu sendiri dari
belakang.
Tasya
terkejut akan kedatangan Stevi secara tiba-tiba. Nampaknya Stevi sudah tau yang
sebenarnya, dan Stevi sangat marah kepadanya. Tasya mencoba menjelaskan kepada
Stevi namun itu sia-sia, Stevi terburu marah dan meninggalkannya.
Tasya : Vi, ini nggak seperti yang
kamu lihat. Aku bisa jelasin semuanya ?
Stevi : Enggak ada yang perlu
dijelasin lagi, Sya. Semuanya sudah jelas (pergi meninggalkan Tasya)
Tasya : Stevi !! (berusaha mengejar
Stevi, namun sama Riki dihalangi)
Riki : Udah, Sya biarin aja. (memegang
tangan Tasya)
Tasya : Kamu ini gimana sih ? Bukannya
bantuin aku jelasin sama Stevi, malah kamu diam aja. (merasa kesal)
Riki : Percuma, kamu jelasin sama
Stevi kalau dia sedang marah. Kasih waktu dia untuk sendiri.
Tasya : Tapi…
Riki : Sya, kamu percayakan sama aku.
Aku akan bantuin kamu menyelesaikan masalah ini secepatnya. Jadi sekarang kamu tenang. (mencoba menenangkan
Tasya)
Tahap 10
Timbulnya Konflik
Persahabatan
Hari ini langit sedang bersedih
tidak seceria hari – hari kemarin, begitu juga dengan Stevi dia sekarang sedang
bersedih. Karena ini hari libur, dia memutuskan murung di kamarnya. Tasya
datang ke rumah Stevi untuk mengklarifikasi masalah kemarin karena Stevi telah
salah faham padanya.
Tasya : Selamat pagi Om, Tante
Papa&Mama Stevi : Pagi
Tasya : Stevinya ada ?
Mama Stevi : Ada, dia sedang di kamar.
Papa Stevi : Tidak tau, Sya. Dari kemarin pulang sekolah
Stevi murung di kamarnya. Memangnya ada masalah
?
Tasya : Nanti coba saya tanyakan pada Stevi, Om. (pura-pura
tidak menerti)
Papa Stevi : Oww, iya.
Tasya
menuju kamar Stevi, Tasya langsung masuk karena dia tau jika ketuk pintu dulu
dan Stevi tau kalau yang datang itu dirinya pasti tidak Stevi izinin untuk
masuk.
Tasya : Vi..
Stevi : (sedikit terkejut) Ngapain kamu kesini ?
Tasya : Aku mau jelasin soal yang kemarin
Stevi : Semua udah jelas kok
Tasya : Enggak, Vi. Kamu salah faham, aku nggak bermaksud
nerima cinta Riki. Sebenarnya aku kemarin belum selesai
ngomong, kamu lebih berharga daripada cinta, Vi.
Stevi : Udah.. udah ngomongnya. Mendingan sekarang kamu keluar.
Tasya : Aku nggak akan keluar.
Stevi : Apa lagi, kamu mau jelasin kalau kamu gak cinta sama
Riki. Basi tau nggak
Tasya : Iya Vi, memang aku cinta sama Riki. Tapi……
Stevi : Itukan bener kamu cinta sama Riki. Udahlah Sya,
cukup
Tasya : Tapi aku lebih memilih kamu sebagai sahabatku
daripada cinta, beneran Vi aku nggak bohong.
Stevi : Kamu aja sudah bohongi aku tentang perasaan kamu
dengan Riki. Waktu itu apa, kamu bilang kamu
gak cinta sama Riki.
Tasya : Iya, Vi. Kalau itu aku minta maaf, kamu mau maafin
aku kan ?
Stevi : Maaf Sya, untuk kali ini aku nggak bisa
Tasya : Aku mohon maafin aku
Stevi : Udah deh, mendingan sekarang kamu keluar.
Tasya : Aku nggak akan keluar sampai kamu mau maafin aku
Stevi : Ok, aku maafin kamu. Sekarang kamu keluar, ayo
keluar
Tasya
keluar dari kamar Stevi, walaupun Stevi sudah memaafkannya, tetapi persahabatan
mereka masih belum membaik.
Tasya : Om, Tante . Tasya pamit pulang
Papa Stevi : Sya, kamu lagi ada masalah ya sama Stevi ?
Tasya : iya, Om
Mama Stevi : Udah kamu tenang aja. Nanti tante coba bujukin
Stevi, ya ?
Tasya : Iya Om ,Tante. Tasya mau ucapin terimakasih atas
bantuannya. Tasya pamit pulang.
Tasya
merasa sulit untuk mengembalikan persahabatannya dengan Stevi seperti dulu. Ia
bingung harus berbuat apa lagi, dia sudah berusaha jelasin semuanya kepada Stevi.
Tetapi tidak ada hasilnya, Stevi masih marah dengan Tasya.
Saat
Riki hendak pergi cari makanan, dia tidak sengaja bertemu dengan Stevi.
Riki : Stevi
Stevi : Apa ?
Riki : Aku mohon, kamu baikkan ya sama Tasya ?
Stevi : Enggak semudah itu, Ki. Dia udah bohongi aku.
Riki : Tapi Tasya bohong itu untuk kamu, Vi. Dia tidak mau
menyakiti kamu.
Stevi : Apa kamu bilang dia tidak mau nyakiti aku. Buktinya
sekarang.
Riki : Ok, sekarang aku tanya sama kamu. Jika waktu itu Tasya
jujur, kamu juga pasti akan marah . iya kan?
Jadi sama aja mau Tasya jujur atau enggak, kamu pasti akan tetap marah.
Stevi : Emang iya. Itu karna aku cinta sama kamu, Ki.
Riki : Kamu egois tau nggak ?
Stevi : Aku nggak egois
Riki : Jelas-jelas kamu egois, kamu nggak pernah mengertiin
Tasya, Vi. Kamu hanya mementingkan diri kamu
sendiri, kamu tau Tasya rela ngorbanin perasaannya buat kamu. Dia nggak mau
nerima cinta aku semua karna
siapa ? karna kamu, harusnya kamu ngerti dong.
Stevi : Jadi sekarang kamu nyalahin aku
Riki : Aku nggak nyalahin kamu, aku cuma ingin kamu itu
sadar.
Stevi : Aku udah sadar, Ki. Kalau masalah Tasya ngorbanin
perasaannya buat aku, itu sih wajar. Karena akukan
sahabat dia, ya memang seharusnya kan ?
Riki : Kamu ini bener-bener ya, aku nggak tau deh apa yang
ada dipikiran kamu. Egois tau nggak (membentak
Stevi)
Stevi : Kamu bentak aku
Riki : Males ngomong sama kamu (pergi meninggalkan Stevi)
Stevi : Riki… Riki… Asal kamu tau kalau aku nggak bisa
dapetin kamu, Tasya juga nggak bakalan bisa dapetin
kamu. Kamu ngerti !!!
Stevi
merasa kesal dengan perkataan Riki tentang dirinya yang egois.
Stevi : (bicara sendiri) Kenapa sih yang kamu cinta itu
Tasya bukan aku. Apa coba kekurangan aku, aku benci………!!!
(berteriak dan menangis meluapkan semua isi hatinya)
Tahap 11
Beasiswa
ke Singapura
Beberapa
ujian sudah dilalui , kini Tasya hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan.
Hari ini Tasya masuk sekolah karena mendapat panggilan dari kepala sekolah.
Hari ini beda dari hari-hari sebelumnya, walaupun cuaca hari ini sangat cerah
tidak ada mendung sedikitpun. Lain dengan hati Tasya tak secerah hari ini, dia
merasa sedih karena tidak ada sahabat disampingnya.
Tasya
sangat penasaran apa yang ingin dibicarakan Bapak Kepala Sekolah padanya. Tasya
segera masuk ruangan kepala sekolahnya.
Tasya : Selamat pagi, Pak (tersenyum
menutupi kesedihannya)
Kepala Sekolah : Selamat pagi,
silahkan duduk.
Tasya : Iya, terimakasih
Kepala Sekolah : Kemarin nilai ujian
siswa-siswi kelas 3 sudah keluar. Selamat kamu mendapat nilai tertinggi di sekolah.
Tasya : Saya, alhamdullilah (merasa
senang)
Kepala Sekolah : Bukan hanya itu kabar
baiknya.
Tasya : Trus, Pak ?
Kepala Sekolah : Kamu mendapat
beasiswa kuliah di Singapura. Sekali lagi selamat
Tasya : Ini beneran, Pak ?
Kepala Sekolah : Iya, kamu bisa
berangkat besok.
Tasya : Besok (terkejut)
Kepala Sekolah : Iya, mungkin kabarnya
terlalu mendadak. Tapi kamu tenang aja, pemberangkatan
semua diatur oleh pihak sekolah.
Tasya : Iya, Pak.
Kepala Sekolah : Besok kamu harus
sampai di bandara jam 8. Kamu bisa kan ? Kesempatan tidak bisa datang dua kali lho, kamu harus
ingat.
Tasya : Iya, Pak. Saya pasti bisa, ini
merupakan suatu kehormatan bagi saya bisa mendapat beasiswa di Singapura.
Kepala Sekolah : Iya bagus kalau
begitu.
Tasya : Terimakasih, Pak. Saya mohon
diri untuk pulang.
Kepala Sekolah : Iya silahkan
Tasya
senang namun juga sedih, dia harus meninggalkan semuanya. Tasya yang masih
mempunyai masalah dengan sahabatnya, namun dia tidak punya waktu untuk
menyelesaikannya. Dan apalagi Tasya harus meninggalkan kisah cintanya dengan
Riki begitu saja, itu sangat berat baginya.
Sesampainya
Tasya di rumah, Tasya langsung memeluk mamanya dia tidak sabar ingin mengatakan
kabar bahagia ini.
Tasya : Mama (memeluk mamanya)
Mama Tasya : Iya ada apa kok
kelihatannya kamu senang sekali ?
Tasya : Aku dapat beasiswa kuliah di
Singapura, Ma
Mama Tasya :Kamu serius
Tasya : Iya, ma
Mama Tasya : Memang anak mama hebat
(bahagia dan memeluk Tasya)
Tasya : Tapi kalau aku pergi, pasti
mama sendirian. (sedih)
Mama Tasya : Udah, kamu tidak usah
mikirin mama.
Tasya : Enggak bisa, aku sayang sama
mama. (memeluk mamanya)
Mama Tasya : Sayang, yang kamu
pikirkan sekarang adalah masa depan kamu. Mama bisa kok telepon nenek supaya tinggal disini nemeni mama.
Tasya : Iya udah, biar aku nanti yang
telepon nenek
Mama Tasya : Enggak usah keburu-buru
sayang. Biar besok mama yang telepon
Tasya : Enggak bisa, Ma. Masalahnya
aku besok pagi udah berangkat.
Mama Tasya : Besok (terkejut)
Tasya : Iya, mama tidak apa-apa kan
aku tinggal secepat ini.
Mama Tasya : Enggak (menutupi
kesedihannya) Kamu udah kabarin, Stevi ?
Tasya : Belum, Ma. (memasang wajah
sedih)
Mama Tasya : Sayang, walaupun kamu ada
masalah sama Stevi. Kamu harus kabarin dia juga dong, dia kan sahabat kamu ?
Tasya : Iya, nanti sore aku ke
rumahnya.
Mama Tasya : Kamu mau mama masakin apa
? Inikan hari terakhir kamu di rumah, Mama akan perlakukan kamu seperti putri. Kamu mau minta apa ?
Tasya : Mama jangan bilang kayak gitu,
aku jadi terharu. Aku cuma mau disini peluk mama (memeluk mamanya)
Tasya
pergi ke rumah Stevi ingin mengabarinya bahwa besok ia sudah harus pergi ke
Singapura untuk kuliah di sana.
Tasya : Assalamu’alaikum
Mama Stevi : Wa’alaikumssalam, mau
cari Stevi ?
Tasya : Enggak, tante. Aku cuma mau
titip pesan aja sama Tante tolong sampaikan ke Stevi. Aku mendapat beasiswa kuliah di Singapura
dan besok pagi aku udah harus berangkat ke sana.
Mama Stevi : Hebat ya kamu, Sya. Iya
nanti tante sampaikan.
Tasya : Oww iya, tante. Sampaikan maaf
aku sama Stevi juga ya tante ?
Mama Stevi : Iya, pasti.
Tasya : Tasya cuma pesan itu, tante.
Tasya pamit pulang
Mama
Stevi merasa Stevi mempunyai masalah yang begitu besar dengan Tasya. Mama Stevi
berniat membantu Stevi untuk menyelesaikan masalahnya.
Mama Stevi : (mengetok pintu kamar
Stevi) Stevi.. mama boleh masuk, ada hal yang ingin mama bicarakan sama kamu.
Stevi : Iya,ma. Masuk aja
Mama
Tasya masuk dan duduk di samping Stevi.
Stevi : Iya, ada apa ma ?
Mama Stevi : Kamu ada masalah apa sih
sama Tasya ?
Stevi : Enggak ada ?
Mama Stevi : Tapi kamu sama Tasya
sekarang nggak kelihat dekat tu.
Stevi : Iya, sih memang ada masalah
tapi cuma masalah kecil
Mama Stevi : Besar atau kecil
masalahnya, kamu harus menyelesaikan masalah ini dengan kepla dingin. Kamu harus bisa menerima alasan
Tasya akan kesalahan yang dia perbuat, kamu jangan
egois dong, merasa kamu paling benar.
Stevi : Iya maaf, Stevi coba
pikir-pikir dulu
Mama Stevi : Kenapa harus pikir-pikir,
kamu kan sahabatan sama Tasya udah sejak dulu. Dan setiap Tasya berbuat salah itu pasti buat kebaikan kamu, iya kan?
Dan mungkin kesalahan Tasya
yang ini, itu juga untuk kebaikan kamu.
Stevi
terdiam dia mulai bisa berfikir bahwa apa yang dikatakan mamanya itu benar.
Mama Stevi : Oww iya, tadi Tasya
kesini dia titip pesan dan minta maaf sama kamu.
Stevi : Iya ma udah aku maafin. Ma aku
capek banget, aku mau istirahat.
Mama Stevi : Mama belum selesai
bicara.
Stevi : Udah ma, besok aja. Aku
beneran capek ni.
Mama Stevi : Iya udah deh.
Stevi
sekarang mulai sadar bahwa yang dilakukannya selama ini salah. Tasya udah
banyak berkorban untuknya, namun dirinya telah berkorban apa untuk Tasya. Stevi
berfikir mungkin dengan merelakan Riki untuk Tasya itu adalah jalan
satu-satunya dia berkorban untuk Tasya. Dia tidak mau jadi sahabat yang egois
seperti apa yang dikatakan Riki kepadanya kemarin.Stevi berniat ingin meminta
maaf kepada Tasya dan Riki serta ingin menyatukan cinta mereka.
Tahap 12
Perpisahan
Termanis
Pagi itu Tasya segera bersiap-siap untuk pemberangkatannya ke Singapura. Dia tidak mau sampai di bandara ketinggalan pesawat, jadi dia memutuskan akan berangkat ke bandara setengah jam sebelum pesawat menuju ke Singapura diterbangkan.
Tasya : Ayo, ma. Cepat !
Mama Tasya : Iya, sabar dong. Ini juga
masih pagi.
Tasya : Tapi, ma. Aku takut nanti
kalau ketinggalan pesawat.
Mama Tasya : Kamu ini ya. Stevi kok
nggak kesini, padahal kamu udah kabarin dia kan ?
Tasya : Udah, mungkin Stevi masih
marah sama aku.
Tasya
sedih padahal dia berharap ini menjadi perpisahan yang termanis dengan
sahabatnya, walaupun dia pasti kembali lagi, namun juga membutuhkan waktu yang
lama (3 tahun). Harusnya Stevi memberikan kata perpisahan padanya, atau bahkan
mengantarkannya ke bandara, itulah harapan Tasya.
Sedangkan
Stevi tidak tau bahwa sahabatnya pagi ini akan berangkat ke Singapura. Pagi itu
saat Stevi sedang sarapan bersama mama dan papanya dia heran dengan rumah Tasya
kok kelihatannya ramai sekali. Tidak seperti biasanya ada banyak mobil di depan
rumahnya, pikir Stevi.
Stevi : Pagi, Ma.. Pa
Papa Stevi : Pagi..
Mama Stevi : Pagi, sayang. Sini,, udah
mama siapin sarapan kamu.
Stevi ; Ma, kok tumben. Rumah Tasya
ramai banget ?
Mama Stevi : Iyalah, mungkin sedang
perpisahan.
Stevi : Perpisahan… maksudnya ?
Mama Stevi : Iya Tasya kan pagi ini
mau berangkat ke Singapura.
Stevi : Apa ? Singapura.. ? (terkejut)
Mama Stevi : Iya, dia mendapat
beasiswa di Singapura.
Papa Stevi : Hebat kan, Vi. Kapan kamu
kayak dia ?
Stevi
tidak menyangka ini semua.
Stevi : Kok dia nggak bilang ke aku ?
Mama Stevi : Dia bilang kok sama mama.
Stevi : Berarti mama yang nggak bilang
sama aku. Gimana sih mama ?
Mama Stevi : Kemarin mama mau bilang
sama kamu. Kamunya malah nolak, katanya capek mau
istirahat. Trus salah siapa ?
Stevi : Aku harus ketemu sama Tasya
Papa Stevi : Ehh,, sarapan kamu ??
Stevi
segera berlari ke rumah Tasya, namun dia terlambat Tasya sudah berangkat. Dia
sempat berlari mengejar mobil yang dinaiki Tasya, tetapi percuma mobil Tasya
sudah jauh. Dia segera pulang lagi ke rumah untuk mengambil motornya dan
menyusul Tasya ke bandara. Stevi juga tidak lupa mengabari Riki tentang hal
ini, karena dia berfirasat bahwa Riki tidak akan dikabari oleh Tasya tentang
pemberangkatannya ke Singapura. Stevi telepon Riki
Riki : Halo, Vi. Ada apa ?
Stevi : Halo, Ki. Kamu cepat pergi ke
bandara sekarang ? (merasa gugup)
Riki : Kamu tenang dong, ada apa sebenarnya
? Memangnya ada apa di bandara ?
Stevi : Tasya sekarang berangkat ke
Singapura
Riki : Apa ? Singapura, ngapain dia
kesana ? (terkejut)
Stevi : Udah kamu berangkat sekarang.
Jangan banyak tanya, keburu terlambat.
Riki : Ok, aku berangkat sekarang. (menutup
telepon, dan segera ke bandara)
Stevi
berusaha mengendarai motornya dengan cepat, karena dia takut terlambat sampai
di bandara. Dia tidak mau kehilangan sahabat seperti Tasya. Beruntungnya Stevi
belum sampai di bandara sudah berhasil menghentikan mobil Tasya di jalanan
taman kota.
Stevi : Tasya…!! (berteriak supaya
Tasya keluar)
Tasya : Stevi, ngapain kamu ada di
sini ? (keluar dari mobil)
Stevi : (memeluk Tasya dan menangis)
Maafin aku
Tasya : (turut terharu) Harusnya aku
yang minta maaf sama kamu, aku nggak sepantasnya jatuh cinta sama Riki, orang yang kamu sayang.
Stevi : Enggak, Sya. Aku udah relain
Riki buat kamu, aku terlalu egois. Aku jahat sama kamu, Sya. Aku nggak pantas jadi sahabat kamu.
Tasya : Vi, kamu nggak boleh ngomong
kayak gitu. Kamu adalah sahabat yang terbaik dalam hidupku. Kita masih bisa jadi sahabat kan ?
Stevi : (menganggukkan kepala)
Kemudian
tiba-tiba Riki datang menghampiri mereka.
Riki : Tasya!!
Tasya : Riki, kamu…
Stevi : Iya, Sya. Aku yang kabarin dia
dan aku juga yang suruh dia ke sini.
Riki : Kamu kok nggak kabarin aku sih,
Sya ? Kamu kan tau kalau aku itu sayang sam…
Tasya : (memotong pembicaraan Riki)
Udah, Ki. Aku nggak mau ngomongin itu lagi.
Stevi : Sya, udah kamu jangan bohongin
perasaan kamu sendiri.
Stevi
meraih tangan Tasya dan menyatukannya dengan tangan Riki.
Stevi : Aku ingin melihat kalian
berdua bahagia.
Stevi
mundur beberapa langkah untuk menjauhi Riki dan Tasya supaya mereka bisa
berbicara berdua.
Riki : Kamu dengar sendirikan Stevi
ngomong apa ?
Tasya : Tapi aku nggak bisa, Ki.
Maafin aku (sambil menangis)
Riki : (memeluk Tasya) Sya, aku sayang
sama kamu. Jangan pernah tinggalin aku.
Tasya : Tapi sekarang aku harus pergi.
Riki : Enggak, Sya. Menahan Tasya
untuk pergi.
Tasya : Ki, kamu tau kan ? Aku ke
Singapura itu bukan untuk bersenang-senang. Aku kuliah disana, aku sedang mengejar cita-cita aku. Kamu ngerti kan ?
Riki : Iya, aku ngerti. Tapi kamu
harus janji sama aku, kamu akan kembali lagi untuk aku.
(Tasya terdiam)
Riki : Kamu janji.
Tasya : Aku janji. (kembali memeluk
Riki sambil menangis)
Riki : Dan aku juga berjanji sama
kamu, aku akan selalu menunggu kepulangan kamu disini. Iya disini di taman ini. (meyakinkan
Tasya)
Tasya : Iya, aku akan selalu mengingat
janji kita. Aku berangkat dulu ya, Ki ? (tanpa menghiraukan
jawaban dari Riki, Tasya langsung pergi)
Stevi
sempat mendengar percakapan mereka, dia pun terharu dan ikutan menangis.
Stevi : Sya, kamu tetap ingin pergi ?
Tasya : Iya, vi
Stevi : Kamu mau ninggalin aku, Sya ?
Tasya : Sampai kapan pun aku nggak
akan ninggalin kamu, Vi. Aku akan kembali (memeluk Stevi)
Mama Tasya : Sayang, ayo nanti
terlambat.
Tasya : Iya, ma. Vi, aku berangkat ya
?
Stevi : Kamu hati-hati.
Stevi
merasa sangat kehilangan Tasya sahabatnya, begitu pula dengan Riki.
Tahap 13
Kepergian Riki
Rio sekarang sadar bahwa sekali melukai seseorang pasti akan ada balasannya, seperti yang ia rasakan saat ini. Sekarang ia pun sudah merelakan cinta Tasya untuk Riki. Mendengar kabar dari Riki tentang kepergian Tasya, Rio merasa sangat kasihan kepada Riki. Riki sekarang menjadi orang yang pendiam, tidak seceria biasanya.
Rio : Kamu harus kuat menjalani ini
semua
Riki : Aku nggak bisa
Rio : Mana Riki yang aku kenal dulu,
kamu selalu yang nasehatin aku harus
kuat, harus sabar. Tapi kamu sendiri ?
Riki : Tapi ini situasinya beda, kamu
ngerti kan ?
Rio : Kamu bilang Tasya sudah berjanji
akan kembali untuk kamu. Trus apa sekarang yang kamu cemaskan ? Kamu harus sabar, dan kamu juga harus mikirin
masa depan kamu.
Riki : Iya, benar kata kamu. Nggak ada
yang perlu aku cemasin.
Rio : Gitu dong, itu baru Riki yang
aku kenal.
Mama
Riki yang ada di Tokyo tiba-tiba telepon Riki, dia membawa berita tentang
pekerjaan yang bagus untuk Riki disana. Dia menyuruh Riki untuk pergi ke sana
menerima tawaran pekerjaan dan sekaligus melanjutkan pendidikan di Tokyo.
Riki
berfikir benar tentang tawaran itu, dia juga meminta masukan kepada Rio dan
kakaknya akan hal itu. Dan menurut Rio itu merupakan tawaran yang sangat bagus untuk Riki, dan memintanya
untuk menerima tawaran itu.Karena Rio di Jakarta sudah mendapat pekerjaan yang
mapan yaitu mengurus perusahaan Papanya , jadi Rio memutuskan untuk tinggal di
Jakarta.
Kakak
Riki (Hanna) dan suaminya juga sangat mendukung jika Riki menerima tawaran
pekerjaan itu.
Kak
Hanna : Gimana dek, kamu nerima tawaran mama ?
Riki
: Iya, Kak. Rencananya besok aku mau berangkat.
Kak
Hanna : Kok kamu lemes gitu sih jawabnya. Semangat dong.
Suami
Hanna : Iya, nanti biar aku yang urus tiket pemberangkatannya. Kamu yakin
beneran mau ke Tokyo ?
Riki
: Aku yakin kak, aku mau kejar impianku disana.
Suami
Hanna : Gitu dong semangat.
Kak
Hanna : Kakak hanya bisa doa kan kamu dek, supaya kamu bisa sukses.
Riki
: Iya kak, terimakasih. Kak Diky aku titip Kak Hanna tolong jaga dia ya ?
Suami
Hanna : Pasti
Kak
Hanna : Emangnya aku barang dititip-titipkan, bisa aja kamu.
Keesok harinya Riki
akan berangkat ke bandara diantar oleh Rio sepupunya. Dia sempat mampir ke
rumah Stevi untuk berpamitan. Kebetulan saat Riki ke rumah Stevi, Stevi ada di
halaman rumahnya.
Riki
: Vi
Stevi
: Iya, ada apa ? Kok kamu pakek bawa tas segala, banyak lagi ?
Riki
: Aku mau pamit sama kamu.
Stevi
: Memangnya kamu mau kemana ?
Riki
: Aku mau ke Tokyo
Stevi
: Kamu jangan bercanda deh.
Rio
: Iya, benar Vi. Riki mau ke Tokyo dia akan kerja sekaligus kuliah di sana.
Stevi
: Kamu bagaimana sih, Ki. Kamukan sudah janji akan nunggu kepulangan Tasya
disini. Kok kamu sekarang malah ikutan
pergi.
Riki
: Kamu tenang aja, Vi. Aku akan kembali untuk nepatin janjiku.
Stevi
: Terserah kamu deh. Pokoknya aku nggak mau sampai kamu nyakiti Tasya.
Riki
: Aku nggak akan pernah nyakitin Tasya. Rio !!
Rio
: Iya, ada apa Ki ?
Riki
: Aku titip Stevi sahabatku, tolong jaga dia dan jangan pernah sakiti dia.
Rio
: Iya, pasti.
Stevi yang sudah
menganggap Riki menjadi sahabatnya terharu mendengar perkataan Riki. Dia merasa
begitu sedih sudah kehilangan dua
sahabatnya, yang pergi ke luar
negeri. Satu-satunya temannya sekarang hanyalah Rio.
Riki
: Vi, aku berangkat.
Stevi
: Kamu hati-hati (memeluk Riki sebagai tanda perpisahan)
Tahap 14
Kembalinya Tasya
3 Tahun Kemudian
Setelah 3 Tahun di
Singapura, akhirnya Tasya pulang ke Jakarta untuk menepati janjinya kepada
Riki. Dia sekarang menjadi orang yang berhasil, dia mampu menjadi model yang
terkenal di panca Negara. Saat pertama kali sampai di Jakarta tempat yang ia
tuju adalah taman kota tempat dimana dia dan Riki menyatakan janji cinta
mereka.
Keadaan taman itu
masih sama seperti yang dulu, hanya saja sekarang banyak ditumbuhi pohon-pohon
dan banyak dipasang lampu di sepanjang taman. Sudah hampir dua jam Tasya duduk
di taman itu, namun tidak kunjung datang orang yang sedang dicarinya. Dia pun
memutuskan untuk segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah
Tasya langsung memeluk mamanya menghilangkan semua rindunya selama 3 Tahun itu.
Tasya merasa senang bisa kembali lagi ke rumah dengan membawa keberhasilan. Dia
juga tidak melupakan satu lagi yang berharga dalam hidupnya yaitu Stevi
sahabatnya.
Tasya
: Stevi (berteriak di depan rumah Stevi)
Stevi
: Iya, sebentar (keluar dari rumah)
Stevi terkejut tidak
menyangka sahabat yang dia tunggu-tunggu akhirnya datang juga.
Stevi
: Tasya (memeluk Tasya)
Tasya
: Stevi… aku kangen sama kamu
Stevi
: Kamu kok nggak bilang kalau kamu pulang. Aku kan bisa jemput kamu di bandara.
Tasya
: Enggak perlu, soalnya aku mau bikin kamu kejutan. Bagaimana kamu senang nggak
?
Stevi
: Aku senang banget (kembali memeluk Tasya)
Akhirnya mereka
bertemu dan persahabatan mereka masih sama seperti dulu. Walaupun dulu sempat
ada masalah namun sekarang masalah itu sudah terselesaikan.
Stevi
: Kita duduk disana aja, yuk. Sambil ngobrol-ngobrol (menunjuk bangku di taman
depan rumahnya)
Tasya
: Iya.
Stevi
: Kamu udah sampai dari Jakarta dari tadi ?
Tasya
: Udah sih. Sekitar 3 jam yang lalu.
Stevi
: Kok kamu baru ke rumah aku ?
Tasya
: Soalnya aku tadi sempat mampir ke taman kota, kurang lebih 2 jam aku disana. (memasang wajah sedih)
Stevi
:Pasti kamu tadi nungguin Riki ya ?
Tasya
: (menganggukkan kepala)
Stevi
: Sya, sebenarnya setelah seminggu kamu berangkat ke Singapura. Riki juga
berangkat ke Tokyo dia kerja sekaligus
kuliah disana.
Tasya
: Tokyo
Stevi
: Iya, Sya. Tapi kamu tenang aja dia pasti kembali kok, ya walaupun nggak tau kapan.
Tasya
: Riki nggak pesan apa-apa buat aku ?
Stevi
: Dia cuma bilang, bahwa dia pasti akan nepatin janjinya kepada kamu.
Tasya
: Cuma itu ?
Stevi
: Iya, Sya. Kamu yang sabar ya ? Ada aku kok disini (menenangkan Tasya)
Tahap 15
Penantian yang Tak Sia-Sia
Walaupun Tasya tidak
mengerti sampai kapan dia harus menunggu kepulangan Riki, namun dia masih tetap
sabar menunggu. Setiap hari Tasya selalu mendatangi taman kota itu berharap
Riki ada disana. Sudah 1 minggu Tasya tinggal di Jakarta sepulang dari
Singapura, namun Riki belum juga ada kabar.
Hari sudah menjelang
sore namun seseorang yang Tasya tunggu belum juga hadir. Dia pun akhirnya
memutuskan untuk pulang ke rumah dengan berat hati. Namun setelah Tasya
melangkahkan kakinya beberapa langkah suara itu berhasil mengentikan Tasya.
Riki
: Tasya..!!
Tasya
yang tak asing mendengar suara itu langsung berbalik badan.
Tasya
: Riki..!! (berlari menghampiri Riki dan memeluknya)
Riki
: Aku kangen sama kamu, Sya. (memeluk erat Tasya seperti tak ingin
melepaskannya lagi)
Tasya
: Mana janji kamu? Katanya kamu mau nunggu aku disini, tapi apa ? Aku yang
nunggu kamu disini. (sambil mengusap
air mata)
Riki
: Maaf, waktu itu aku udah mau pulang. Tapi tiket pesawat untuk pulang kesini
udah habis, jadi terpaksa aku harus
nunggu selama 2 minggu.
Tasya
: Kamu bohong.
Riki
: Aku nggak bohong. Udah ya, yang terpenting sekarang aku udah ada disini. Dan
mulai detik ini aku nggak akan
pernah ninggalin kamu, begitupun sebaliknya kamu juga nggak boleh ninggalin aku. Ok
Tasya
: (menganggukkan kepala)
Dengan bergandengan
tangan Tasya dan Riki berjalan menelusuri taman itu untuk pulang, karena hari
sudah mulai petang.
ENDING
Akhirnya cinta Tasya
dan Riki bersatu kembali, setelah berjuang untuk menyatukannya. Sampai terjadi
konflik dengan persahabat Tasya, hampir saja cinta Tasya dan Riki
terpisah.Belum lagi mereka juga sempat terpisah selama 3 tahun lebih untuk
mengejar cita-cita mereka. Namun karena besarnya cinta mereka akhirnya bisa disatukan kembali.
Bukan hanya kisah
cintanya, persahabatan Tasya dengan Stevi sekarangpun makin tambah erat. Itulah
hikmah dari orang yang selalu bersabar dan terus berusaha, pasti akhirnya pun
kebahagiaan yang diterimanya. Namun itu semua juga tidak luput dari doa yang
dipanjatkan setiap harinya kepada Tuhan yaitu Allah SWT.
SEKIAN